Laman

Jumat, 19 Desember 2014

Karat Kuru pada Sengon

Kuliah Permintaan Pak Eko dari Semarang Karat Kuru pada Sengon
monggo diskusi dan masukannya....
Di Indonesia penyakit karat tumor pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di Pulau Seram, Maluku. Penyebab penyakit karat tumor pada sengon ialah jenis fungi Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlpine. U. tepperianum yang berdaur pendek adalah Telia (Menghasilkan teliospora) mencari inang dang menginfeksinya terjadilah Basidiospora (menginfeksi tanaman) berkembang dan menghasilka Piknian ( pikniospora), dan kembali kesiklus teliospora. Penularan penyakit dapat terjadi melalui penyebaran teliospora dengan bantuan air (embun), angin, serangga dan manusia. Untuk perkecambahan teliospora diperlukan air, dan lamanya waktu berkecambah sangat tergantung pada suhu dan kondisi berkabut/gelap juga mempercepat perkecambahan teliospora. Teliospora sendiri tidak dapat menginfeksi inang. Infeksi dapat terjadi pada biji, semai maupun tanaman dewasa di lapangan. perkembangan fungi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain cahaya, suhu, air, pH, sumber karbon, vitamin, oksigen, gas CO2, bahan atsiri, sumber nitrogen, hara mineral dan hormon. Semua bagian tanaman meliputi pucuk daun, daun, tangkai daun, cabang, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh fungi patogen tersebut.
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit karat puru pada tanaman sengon dapat dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
a. Pra Epidemi
Upaya pencegahan pra epidemi dapat dilakukan dengan cara promotif yang meliputi sosialisasi/diseminasi, penyuluhan cara-cara pencegahan, serta tindakan preventif dengan menghidari pola tanam monokultur termasuk dalam pengembangan Hutan Rakyat.
Tindakan preventif terhadap infeksi jamur penyebab karat puru meliputi kegiatan sillvikultur antara lain dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat, pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, dan menggunakan pola tanam multikultur. Pola tanam multikultur pada hutan rakyat sengon ini dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman jenis mimba yang diketahui dapat mengendalikan penyebaran vektor karat puru.
b. Epidemi
Pengendalian epidemi dapat dilakukan melalui eradikasi yaitu dengan menebang pohon yang berpenyakit; isolasi yaitu dengan penjarangan pohon; dan terapi yaitu dengan pengobatan pohon yang terinfeksi.
Pengendalian penyakit karat puru melalui pengobatan pada pohon yang terinfeksi dapat dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menghilangkan puru pada pohon yang terserang. Puru yang menempel pada batang, dahan, ranting dan daun pohon yang terinfeksi diambil, dikumpulkan dan dikubur dalam tanah agar tidak menular. Setelah puru dihilangkan batang pohon yang terinfeksi dilabur dan disemprot dengan bahan sebagai berikut :
1. Kapur 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
3. Kapur dicampur dengan belerang dengan perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
4. Kapur dicampur dengan garam dengan perbandingan10:1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
5. Belerang dicampur garam dengan perbandingan 10 : 1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter .
Catatan :
• Larutan dapat digunakan untuk 50 pohon yang terinfeksi.
• Bahan-bahan untuk larutan labur lebih pekat dibandingkan dengan untuk semprot.
• Larutan disaring terlebih dahulu sebelum dilakukan penyemprotan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode tersebut dapat menekan pertumbuhan karat puru dengan prosentase keberhasilan sebagai berikut :
1. Perlakuan belerang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 91,73%
2. Perlakuan kapur dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 94,32%
3. Perlakuan kapur : belerang (1:1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar sebesar 96,06%.
4. Perlakuan belerang : garam (10 : 1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 93,45%.
5. Perlakuan kapur : garam (10 : 1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67.
c. Pasca Epidemi
Pengendalian penyakit karat puru pada sengon juga dapat dilakukan dengan pasca epidemi yaitu dengan cara rehabilitasi dan rotasi tanaman pada lahan yang sama, pemuliaan pohon (benih, bibit unggul tahan penyakit), dan konversi jenis tanaman.
Suka ·  · Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar