Laman

Selasa, 30 April 2013

Pelatihan Pemasaran dan Marketing


Mempunyai usaha mesti tahu mengenai pasar, konsumen (pangsa pasar), serta klasifikasi produk. Strategi serta ketepan waktu dalam pemasaran sangat dibutuhkan. Pangsa pasarpun mesti diketahui karena  penentuan harga harus melihat pangsa pasar (siapa yang menjadi konsumen).  Pengharapkan dengan pelatihan, petani terbuka untuk mengakses informasi pasar sehingga tidak tertipu oleh tengkulak lokal.  Selain itu, para petani dan KWT bisa mengembangkan pada olahan hasil pertanian.
Pada tanggal 19 April 2013, bertempat di Kp. Pajagaan di Madrasah Mesjid At-Taqwa Desa Gekbrong. Acara ini, dihadiri oleh peserta anggota HIPOCI yang mempunyai usaha dan perwakilan dari setiap kelompok. Acara ini terselenggara atas CSR PT. Tirta Investama dan HIPOCI Kec. Gekbrong. salah satu komitmen dari CSR selain sebagai respon sosial juga sebagai pendukung perekonomian desa. Pelatihan ini di tutori oleh Bapak pak Ujang dari kebon pedes Kabupaten Sukabumi.  
Acara ini di desain dengan partisipasi ditambah pembicaranya merupakan petani yang sudah sukses. sehingga petani pun tidak ragu-ragu untuk bertanya dan mengungkapkan usaha apa yang akan dikembangkan. di sela-sela acara pembicara pun mengungkapkan harus solidnya organisasi HIPOCI. Permasalahan kedepan tak mungkin di atasi terus oleh pendamping, oleh karena itu anggota HIPOCI harus bisa mandiri secara organisasi, tandas pak ujang.   

Pelatihan Manajemen dan Budidaya Ternak Domba


Beranjak dari keinginan yang kuat maka harus berbanding lurus dengan usaha yang keras. Begitulah organisasi HIPOCI dibentuk, dengan bimbingan yang rutin serta peran serta dari pendamping CSR PT. Tirta Investama, sedikit demi sedikit HIPOCI tumbuh dan berkembang. Banyak halang merintang yang menghadang, HIPOCI tetap berdiri tegak dengan kakinya sendiri. Para petani berkata mengenai HIPOCI “ asal dari keinginan kami, Kami yang bentuk, dan Untuk kami rasakan”. Maju dan kemandirian yang dibangun oleh pendamping terlihat dari kelompok ini. karena pada awalnya pendamping mengharapkan petani bukanlah pengemis.
Salah satu cabang dari HIPOCI adalah Unit Usaha Ternak Domba, ternak ini merupakan sekumpulan orang yang menjadikan domba sebagai usaha dan sudah dilaksanakan sebelum CSR dilakukan. Di sini peran CSR hanya membentuk wadah dan peternak domba ini memiliki payung hukum yang menaunginya serta memberikan ternak sebagai modal awalnya. Pembentukan dari masyarakat sendiri kelompok ini menjadi kelompok yang solid dan berkembang.
Pada tanggal 17 dan 18 April 2013, bertempat di dua tempat yakni Kp. Lapang dan Kp. Bangkuong diadakan dua pelatihan yang berbeda. Pelatihan Manajemen ternak domba diadakan Saung Tani Lapang, mengadakan Pelatihan manajemen domba dengan peserta yakni kelompok awal yang menerima domba. Adapun yang datang terdiri dari dua desa yakni Desa Gekbrong dan Desa Kebonpeuteuy. Pengharapan CSR dengan pelatihan ini, petani bisa memanajemen ternak domba serta menjadi unit usaha yang bisa menghantarkan kelompok ini kemandirian dalam usaha domba. Selain itu, seletah di data domba di kelompok awal sudah berkembang pesat. Di kampung Lapang saja dengan kepemilikan pribadi mencapai angka 200 ekor.
Metode acara yang dilaksanakan menggunakan metode partisipatif, sehingga diharapkan  petani banyak bertanya dalam pelatihan ini. pelatihan ini, CSR mengundang seorang dosen dari IPB, yakni Bapak Bram, beliau juga merupakan profil yang sukses dalam mengembangkan peternakan sekaligus sebagai konsultan bagi para pengembang masyarakat atau CSR yang menyakut bidang peternakan. Petani banyak bertanya mengenai penyakit, mengenai pasar, kandang, kesehatan kandang, dan jenis domba yang dikembangkan.
Acara yang kedua dilaksanakan di Vila Bangkuong, dengan peserta dari petani dua desa seperti biasanya dan merupakan kelompok yang baru. Pembicaranya pun sama yakni Bapak Bram. Beliau mengatakan bahwa yang terbaik dalam beternak adalah adanya kelompok yang solid serta keinginan yang kuat dari masyarakatnya. Diharapkan bahwa di Kecamatan gekbrong ini muncul sentral peternakan domba.
Pada saat akhir pendamping ditanya metode pengembangan yang dilakukan oleh pendamping CSR, pendamping menjawab kita menggunakan stake holder grass root atau dengan istilah CSR Bottom Up atau dengan kata lain membangun masyarakat dari bawah (langsung ke warga). Adapun strategi yang digunakan adalah metode penyuluhan dengan langsung datang ke rumah penerima manfaat atau langsung tanggap ketempat usaha petani (contoh Sawah). Dan tanggapan dari pak dosen itulah yang terbaik dan teruskan seperti itu. Jarang sekali pendampingan yang dilakukan CSR seperti yang anda lakukan.  

Pertemuan Kelompok Bangkuong


“saya yakin sepenuhnya dengan program ini, bisa membuat desa kami kembali jaya seperti dulunya bahkan bisa melebihi. Karena program ini membangun jiwa kami serta usaha kami, yakni pertanian”
(Pak Dadang Ihwan S. (Mantan Kepala Desa Kebonpeuteuy))

“Bila semua sadar, dan mau mengikuti maka semuanya pasti terasa manfaat program. Saya merasakan berkurangnya ongkos bertani dari pupuk saja biasa menggunakan pupuk, bibit sebanyak 30 % dan peningkatan panen 30 %.”
(Pak Sudeng (Sesepuh pertanian))

“pada awalnya saya ragu mengikuti program ini, akan tetapi realitas pendamping CSR yang cekatan serta kepedulian terhadap petani kami rasakan. Pada sebelumnya masyarakat hanya dijadikan alat untuk kepentingan segelintiran oknum dan golongan. Dan selama hidup saya, ini program yang benar-benar peduli pada kami (masyarakat tani).
(Pak M. Maksum (mantan BPD Desa Cikahuripan)

Begitulah pendapat dari beberapa tokoh pertanian di Desa Kebonpeuteuy, Kecamatan Gekbrong saat diadakan pertemuan perdana di kelompok Unit Tani Kp. Bangkuong. Pertemuan ini rutin diadakan di setiap kelompok setiap bulan sekali di setiap unit ranting tani. Program yang dicanangkan oleh CSR PT. Tirta Investama yakni Integrative Farming System (IFS) mengedepankan kesadaran petani akan lingkungan setempat dengan mengikuti program pemerintahan “go green”. Kepedulian serta kecekatan para  pendamping dalam mendampingi masyarakat tani sangat diperhatikan. Sesuai dengan dengan jargon pabrik “people first” adalah keselamatan orang paling utama, berarti penerapan IFS dengan sistem pertanian organik mengutamakan kepentingan petani dalam bertani serta konsumen yang mengkonsumsi hasil dari peternakan dalam artian bisa secara ekonomi atau secara kehidupan.  Secara perekonomian pertanian organik banyak menghemat ongkos petani dalam melakukan pertanian, selain itu dengan sistem ini bisa mendongkrak hasil pertanian. Bukan hanya itu, harga hasil panen pun memiliki harga yang ekonomis. Sedangkan secara kehidupan berarti dengan cara alami serta pengurangan bahan kimia dalam pertanian bisa mengurangi pemanasan global (global warming), dan menjaga kehidupan keanekaragaman makhluk ekologi sawah. Selain itu, hasil panen yang dihasilkan merupakan konsumsi yang sangat sehat bagi petani atau konsumen petani.
Pertemuan perdana bertujuan untuk melakukan penataran. Terinpirasi oleh pepatah “di dalam jiwa yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. begitu juga dalam pertemuan yang diadakan pada hari Jum’at pada tanggal 5 April 2013 di tempat kediaman Pak M. Maksum Desa Kebonpeuteuy, kekuatan kesadaran kelompok menjadi kunci kesuksesan dalam pemerdayaan. Teringat kata-kata sesepuh Desa Kebonpeuteuy “pangartosan lewih penting tibanding jeung artos”, artinya pengetahuan atau pemahaman atau pendidikan lebih baik dibandingkan dengan bantuan materiil. Teringat juga prakata “berikan pancing jangan ikan” dalam pemerdayaan yang berarti membuat berdaya masyarakat dalam membangun perekonomian desa, bukan memberikan bantuan yang memnyebabkan perpecahan atau membiasakan petani dalam bantuan.
Pertemuan dirancang oleh pendamping secara partisipatif sehingga tidak hanya pembicaraan searah dari pendamping ke kelompok akan tetapi saling diskusi serta timbal balik antar kelompok. Ada pun isi pembahasan mengenai 6 prinsip HIPOCI, hal ini diharapkan diingat dan diterapkan dan ini untuk keberlangsungan organisasi. Adapun prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:
1.       Agama, pendamping mengungkapkan bahwa agama terutama Agama Islam, merupakan suatu yang lengkap dan mendasar bagi manusia yang beragama islam. Kita ketahui aturan agama sangat memiliki sangsi yang nyata. Seorang muslim menyakini bahwa hanya Islam saja agama yang diridhoi oleh Allah SWT. sehingga tahu bagi seorang muslim, siapa yang melaksanakan ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya mendapat pahala, sedangkan bagi mereka yang melakukan sebaliknya maka dosa yang didapatnya dan Sangsinya adalah kehidupan di akhirat akan disiksa di neraka.
2.       Bersatu, diharapkan hipoci ini seperti satu tubuh, bilamana salah satu bagiannya disakiti maka semuanya merasakan bagaimana rasanya sakit. Disisi lain, pendamping mengungkapkan bahwa dalam shalat berjamaah kerapatan shaf, lurusnya shaf serta ketaatan pada imam sangat penting.
3.       Gotong Royong, diharapkan semua stake holder bisa bekerjasama serta bahu membahu dalam membangun HIPOCI. Pedamping mencontohkan sapu lidi jika hanya satu untuk membersihkan halaman yang luas, bisa tapi membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi jika ada seratus sapu lidi maka pekerjaan akan lancar dengan waktu yang sedikit. 
4.       Kepercayaan, kepercaan ini merupakan jantungnya organisasi. Pendamping mengungkapkan bahwa dalam kelompok tak ada anggota biasa dan pengurus, akan tetapi semuanya adalah pengurus. Selain itu pendamping juga mengungkapkan bahwa kepercayaan ini berperan dalam keberlangsungan sebuah organisasi. Organisasi bagaikan perahu, pemimpin adalah nahkoda, dan masyarakat adalah penumpang. Bilamana diantara kedua belah pihak antara nahkoda dan penumpangnyakurang percaya maka keduanya bakal celaka. 
5.       Keterbukaan,  pendamping berharap setiap organisasi mempunyai transparansi baik dalam apapun terhadap anggota. Selain itu, seorang pemimpin mesti siap dikoreksi oleh anggotanya, sebaliknya anggota patuh pada koridor yang sudah ditetapkan.
6.       Musyawarah, permasalahan berbentuk apapun bisa dimusyawarahkan dengan yang lainnya. Pendamping harapkan HIPOCI ini milik semua bukan milik para pengurus saja.

Selain prinsip diatas yang telah dijelaskan, ada nilai-nilai dalam kegiatan HIPOCI terdapat 4 nilai. Keempat nilai dan ke enam prinsip ini dikaji dengan bersumberkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist dikarenakan Cianjur adalah kota santri. Adapun ke empat nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Sabar, dalam masalah serta jalan yang ditempuh mulai dari penggarapan sampai panen yang menempuh waktu yang lama serta kerja otot dan materi juga yang dikeluarkan. Sabar dalam penghasilan yang tidak seberapa dibandingkan profesi lainnya.
2.       Ridha, kepasrahan terhadap Allah SWT, manusia hanya bisa berikhtiar tidak bisa menjanjikan hasil yang diinginkan. Kita semua harus tawakal kepada-Nya dalam menanam padi atau tanaman palawija dan menerima (ridho) apapun yang terjadi hasilnya.
3.       Ikhlas, pertama kita Ikhlas diri sebagai petani dan tidak mengawang-ngawang menjadi melebihi sebatasnya. Kedua  Ikhlas dalam usaha, tidak semua hasil bisa dinikmati oleh petani, dijual dan dinikmati oleh orang banyak.
4.       Ibadah, setiap langkah diharapkan seluruhnya bisa menjadi ibadah. Petani adalah yang memberikan makanan semua kalangan yang ada dalam negeri ini. keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT adalah sebuah kepastian itu, semoga dengan bergabung dalam organisasi HIPOCI bisa membawa kemuliaan dunia akhirat.
Adapun pembahasan berlanjut mengenai permasalahan petani mengenai hama dan penyakit tanaman. Sampai akhir menjelang sore petani merasa memiliki dan mempunyai kenyakinan bahwa kita bisa maju dan berkembang. Pesan pendamping diharapkan ide ini bisa ditularkan pada petani lainnya.