Laman

Jumat, 10 Agustus 2012

Biourine atau Urin Sebagai Pupuk Organik Cair

Bahan-bahan:
  • Air Kencing/Urine Sapi yang ditampung dalam Bak Penampungan
  • Fermentor RB (Rummino Bacillus) dan AZBA (Azotobacter)
  • Pompa
  • Nutrisi tambahan (Tetes Tebu/Molasses 750 ml, dan empon-empon seperti temulawak, Temuireng, Kunyit dll) 5kg.
  • Aerator Bio Urine
Teknik Produksinya :
  • Tampung Urine (Air Kencing) ternak sapi di dalam Bak Penampungan.
  • Masukkan nutrisi tambahan.
  • Masukkan Fermentor (RB dan AZBA) kedalam bak penampungan Urine, dengan takaran Untuk 800 Liter urine di fermentasi dengan RB : 1 Liter dan AZBA : 1 Liter
  • Diaduk dengan Aerator selama 3 sampai dengan 4 Jam
  • Setelah proses pengadukan selesai, Bak ditutup dengan penutup seperti plastik atau triplek, untuk proses Fermentasi, diamkan hingga 7 hari.
  • Aduk selama 15 menit setiap hari sampai hari ke-7.
  • Pada hari ke-8, urine diputar dengan pompa menuju tangga aerasi selama 6 sampai dengan 7 jam dengan tujuan untuk penipisan, untuk mengurangi kandungan gas ammonia yang berbahaya bagi tanaman.
  • Urine bisa diambil dan dikemas dalam wadah untuk selanjutnya digunakan atau disimpan.
Setelah mencari-cari lebih jauh sumber yang lebih kuat mengenai biourin penulis dapatkan di Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.  30, Np. 6 tahun 2008. Makalah ini menjelaskan secara lebih rinci mengenai proses pembuatan dengan hasil pengujian lapangan. Lebih lanjut jika urin dicampur dengan kotoran ternak dapat dibuat biokultur. Pencampuran ini sepertinya ditujukan untuk menyediakan/menggantikan/menambahkan nutrisi seperti pada proses yang disebutkan sebelumnya. Analisis unsur N menunjukkan bahwa proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan unsur N pada biourin dibandingkan dengan urine. Hal ini dijelaskan sebagai akibat dari pengikatan nitrogen dari udara oleh RB dan AZBA. AZBA merupakan mikroba diazotrop yang berfungsi mengikat gas nitrogen dari udara sedangkan BR merupakan campuran dari 2 bakteri, yaitu Rummino Coccus yang memiliki fungsi sebagai dekomposer dan Bacillus thuringiensis yang berfungsi sebagai dekomposer, serta merupakan biofestisida, yang membantu memproteksi tanaman dari gangguan bakteri-bakteri pathogen (sumber).
Lebih lanjut, hasil percobaan lapangan menujukkan peningkatan produktifitas pertanian yang cukup mencengangkan. Too good to be true. Percobaan pada tanaman jagung, bawang merah, kopi dan kakau menujukkan peningkatan produktifitas sekurang-kurangnya 25% jika dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan proses dan hasil tersebut, dapat disimpulkan (sementara) bahwa biourin diperoleh dari fermentasi anaerobik dari urine dengan nutrisi tambahan menggunakan mikroba pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer lainnya. Dengan demikian kandungan unsur nitrogen dalam biourin akan lebih tinggi dibandingkan dengan pada urine.
Sekilas, penambahan nitrogen dengan strategi diatas memang tampak sangat memungkinkan, namun demikian jika melihat sifat-sifat dari AZBA, fiksasi nitrogen hanya dimungkinkan jika tidak terdapat sumber N pada media pertumbuhannya. Jika terdapat sumber N lain seperti amonium, nitrat atau nitrit maka proses fiksasi tidak dimungkinkan. AZBA akan menggunakan sumber N tersebut sebagai nutrisi (sumber). Dengan demikian fermentasi lanjut urine, bukannya meningkatkan ketersediaan unsur N terlarut malah sebaliknya, N akan dikonsumsi oleh inokulan yang ada. Selain itu, pertumbuhan inokulan juga akan terhambat oleh keberadaan amonium yang terbentuk dari hasil penguraian urea oleh enzim urease. Jadi penambahan BR juga sebenarnya tidak akan efektif karena pertumbuhannya akan terhambat akibat meningkatnya pH larutan. Lebih lanjut pada pH tinggi amonium yang terbentuk dari dekomposisi urea akan semakin mudah menguap. Akibatnya kandungan N akan semakin berkurang tidak hanya melalui penguapan amonium tetapi juga melalui pengambilan sumber N oleh inokulum.
Pemakaian biourine/urin di negara-negara maju (Telaah Literatur)
Jika menelusuri literatur di jurnal ilmiah, biourine yang diperoleh menurut proses diatas justru tidak ditemukan. Di sebagian besar negara-negara Eropa, terutama di skandinavia, urine manusia justru digunakan secara langsung (tanpa fermentasi) setelah dilarutkan dengan air sebagai pupuk pertanian. Pemakaian urin ini, diproyeksikan menggantikan kebutuhan pupuk urea sebesar 10-20%.
Idea penggunaan urine sebagai pupuk sudah lazim dan justru populer dalam jurnal-jurnal ilmiah diawal abad ke-19. Aplikasinya justru dilakukan beberapa dekade terakhir ini dengan alasan untuk mengurangi keberadaan N pada limbah cair. Keberadaan N dalam jumlah besar memerlukan teknik pengolahan limbah yang jauh lebih kompleks dan lebih mahal (Nitrifikasi, denitrifikasi). Oleh karena itu, pemisahan urine yang berkontribusi besar terhadap keberadaan N pada limbah cair dipisahkan sejak awal. Biasanya dilakukan dengan memisah saluran urine dan feaces pada toilet.
Urine sangat baik digunakan sebagai pupuk organik cair karena memiliki kandungan hara yang lengkap. meskipun fluktuatif bergantung pada lokasi dan sumbernya (manusia), Kandungan N sekitar 1.5-2% serta P dan Snya 0.15-0.2%. Unsur N nya 75-90% berada sebagai urea asedangkan sisanya dalam bentuk amonium atau kreatinin. Sedangnkan P dan S hampir 90-100% berbentuk inorganik terlarut serta secara langsung dapat dikonsumsi oleh tumbuhan. Adanya aktifitas urease menyebabkan terjadinya dekomposisi secara cepat menjadi air dan amonium. Reaksi ini memicu meningkatnya pH sampai 9 dan meningkatkan penguapan amonium serta menurunkan populasi bakteri.
Dalam pemakaiannya urine disarankan tidak ditebarkan secara langsung tetapi dilarutkan 10-20 kali. Pemakaian urin tidak terlebih dahulu melalui fermentasi menjadi biourin sebagaimana yang populer di Indonesia. Hasil uji coba penanaman menunjukkan bahwa produktifitas lahan biasanya setara dengan pupuk kimia. pemakaian urin sebagai pupuk diformulasikan ekivalen dengan jumlah N yang diberikan di pupuk inorganik. Pemakaian urin memiliki kelebihan dengan meningkatkan resistensi tanaman terhadap hama dan mengurangi populasi hama pengganggu. Hal ini diakibatkan karena Urine juga mengandung nutrisi mikro lainnya yang secara kumulatif memberikan dampak merugikan bagi hama tanaman.
( http://roilbilad.wordpress.com/2011/02/22/biourine-atau-urin-sebagai-pupuk-organik-cair-memilih-alternatif-yang-lebih-baik/)

Kayambang atau Azollae Sumber Urea

Tanaman air yang kecil-kecil banget azolla
[http://www.geo.uu.nl/]
Dulu waktu aku masih kecil, aku & teman-temanku sering main di sawah di belakang rumah. Mungkin jarang aku perhatikan, di sawah banyak sekali tanaman yang mengambang di permukaan air. Ada beberapa jenisnya. Setelah aku kuliah baru aku tahu kalau salah satu tanaman air ini sangat bermanfaat untuk padi, yaitu Azolla.
Azolla adalah tanaman air yang berdaun kecil-kecil dan pada saat-saat tertentu tumbuh sangat banyak. Warna daunnya bisa sangat hijau dan tebal.
azolla
[http://www.habitas.org.uk/]

Azolla bukan tanaman air sembarangan. Azolla memilikiSaya kemampuan yang tidak dimiliki oleh tanaman air lain, yaitu menambat nitrogen (N) dari udara. Udasa yang kita hirup > 75%nya adalah N. Sayangnya N ini tidak bisa langsung diserap oleh tanaman. Azolla – lah yang menambat N udara menjadi N yang bisa diserap oleh tanaman. Kandungan N di dalam Azolla sangat tinggi untuk ukuran bahan organik, bisa mencapai 4 – 5% dari berat keringnya. Bahan organik yang lain umumnya hanya < 2%.
Kemampuan Azolla untuk menyuburkan tanaman sebenarnya sudah diketahui sejak lama. Orang-orang China dan Vietnam sudah sejak abad 15 dan 17 sudah memanfaatkan Azolla untuk pupuk tanaman. Kini Azolla telah tersebar di penjuru bumi.

Annabaena azollae: Kawan karib Azolla yang menambat N

Azolla tidak sendirian dalam menambat N dari udara. Azolla bersimbiosis dengan gangang mikro yang namanya Annabaena azollae. Gangang ini tumbuh dan berkoloni di ruangan di bawah daun. Mereka inilah yang bekerja keras menambat N dari udara.
Annabaena sendiri juga unik. Dia akan menambar N jika memang benar-benar diperlukan. Dalam kondisi miskin hara N di perairan, Annabaena akan menambat N. Tetapi jika di lingkungan air tersebut ada N, dalam bentuk urea misalnya, maka Annabaena tidak/sedikit sekali menambat N.
anabaena
[www.search.com/reference/Anabaena]
Anabaena yang berperan menambat N. Bagian N yang aktif menambat adalah sel yang besar itu, namanya heterocyt. Jika di air terdapat amonium (dari urea), sel-sel heterocyt ini tidak ada, dan Azolla tidak bisa menambat N.
Jadi kalau mau nenanam Azolla di lingkungan sawah, jangan terlalu banyak, atau bahkan sama sekali jangan nemambahkan pupuk urea. Urea akan menjadi amonium dan amoniumlah yang membuat Annabaena tidak mau menambat N.

Pemanfaatan Azolla

azolla
[http://www.wikipedia.com]
Cara sederhana untuk memanfaankan Azolla adalah dengan menanam langsung ke persawahan. Sawah yang digenangi air ditabur bibit Azolla. Azolla yang tumbuh langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi.
Cara lain adalah dengan menanam Azolla secara khusus di kolam. Penanaman Azolla perlu tambahan pupuk fosfat. Azolla yang tumbuh subur dapat dipanen secara berkala. Produksi Azolla bisa mencapai 3,8 kg/m2.
Kolam azolla
[http://www.acres-wild.com/]
azolla
[http://www.cfb.ie/]
Biomassa Azolla ini bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Langkah yang lebih baik adalah dengan mengkomposkan Azolla. Kompos Azolla memiliki kualitas kandungan hara yang lebih baik dari kompos dari bahan lain. Kompos inilah yang digunakan sebagai pupuk organik.
Azolla kering juga mengandung N yang tinggi, jadi bisa dimanfaatkan untuk meningkatkaan kandungan N pupuk organik.

Kendala Pemanfaatan Azolla

Azolla sebagai sumber hara yang kaya N sudah sangat lama diketahui. Pertanyaannya, kenapa tidak banyak yang memanfaatkan.
Saya tidak tahu pasti, ini hanya pendapat saya pribadi. Pertama, meskipun tampaknya mudah, menanam Azolla tidak selalu berhasil. Sekitar tahun 2006-08, saya pernah diberi bibit azolla unggul dari Batan. Setelah saya perbanyak sendiri, bibit ini aku berikan ke petani. Ternyata Azolla itu tidak bisa tumbuh lama. Beberapa bulan kemudian sudah habis tak tersisa.
Kedua, produksi biomassa azolla dalam skala besar memerlukan kolam-kolam yang luas. Ini problem tersendiri yang tidak mudah dipecahkan.
Meskipun demikian, menurut saya, Azolla merupakan salah satu sumber N organik yang sangat potensial. Azolla perlu digiatkan kembali di tengah-tengah maraknya penggunaan pupuk organik saat ini. Wallahua’lam. (www.isroi.com)