Laman

Rabu, 26 Juni 2013

Profil Himpunan Petani Organik Cianjur Indonesia (HIPOCI)

Warga Kecamatan Gekbrong merupakan mayoritas masyarakat tani. Mereka pada umumnya masyarakat asli yang awam dan terkadang digunakan untuk kepentingan politik dan ekonomi oleh kalangan tertentu. Mereka pada posisi yang lemah dan tidak berdaya melihat kekuatan ekonomi serta kekuatan politik dari beberapa kalangan. Sehingga saat diwawancara secara langsung mereka merasa muak dan tidak percaya serta takut terhadap orang luar yang datang untuk mengembangkan mereka. Akan tetapi, saat datangnya Program IFS yang dilakukan oleh CSR PT. Tirta Investama, masyarakat merasakan hal yang berbeda, karena Program CSR ini lebih peduli terhadap masyarakat tanpa ada kepentingan politik atau ekonomi. Program ini menyadarkan masyarakat memiliki kekuatan politik untuk membangun daerahnya. Selain itu, Program ini menurut stakeholder masyarakat benar-benar membangun perekonomian masyarakat sekitar sehingga  berdampak pada peningkatan pendapatan mereka. Program ini pun, masyarakat serasa diperhatikan karena para petugas CSR selalu cepat tanggap terhadap permasalahan yang ada khususnya dalam bidang pertanian.
Pada tahun 2011 para petani mengusulkan kepada CSR untuk memfasilitasi dan membentuk lembaga berbeda dengan sebelumnya. Mereka ingin melihat sejauh mana peran yang dilakukan oleh perusahaan dengan membandingkan program-program lainnya yang berada di wilayahnya. Sehingga terbentuklah Himpunan Petani Organik Cianjur Indonesia dalam sebuah acara Sekolah lapang yang dicanangkan oleh PT. Tirta Investama pada tanggal 5 Oktober 2011 dan mengikrarkan prasasti HIPOCI yang bunyinya sebagai berikut;
“Dengan menyebut bismillaahirahmaanirrahiim,  kami bertekad, untuk senantiasa menjalankan pertanian organik serta tergabung dalam himpunan petani organik. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kami beribadah kepada Allaah SWT, berikhtiar mencari rezeki, memajukan usaha, mematuhi aturan kelompok serta anjuran pendamping CSR. Allaah menjadi saksi, atas segala yang kami ucapkan dan lakukan.”
Prasati ini dibacakan oleh Bapak Endang selaku ketua Gapoktan Kecamatan Gekbrong dan di ikuti dari petani tiga desa diantaranya Desa Gekbrong, Desa Songgom, dan Desa Kebonpeuteuy.  Acara ini pada awalnya dihadiri dan dibuka oleh Bapak Lurah Asep selaku Lurah Desa Gekbrong dan sebagai pembicara adalah penyuluh setempat yakni Bapak Pepen Permana, SP. Pada pertemuan itu juga diputuskan bahwa Bapak Eji Kaeji menjadi Ketua Umum dan Bapak Endang sebagai Seketaris.
            Babak baru Hipoci berkiprah dengan memiliki 6 cabang kelompok yang dinaunginya, diantaranya Kelompok tani, kelompok ternak domba, kelompok ternak ayam pelung, kelompok ternak kelinci, kelompok ikan, dan kelompok jamur. Adapun jumlah anggota saat itu, adalah 62 anggota padi pandan wangi dan sehat, 60 anggota ternak domba, 30 anggota kelompok kelinci, 10 anggota kelompok jamur, 23 anggota ayam pelung, dan 10 anggota kelompok ikan.  Sedangkan daerah yang  dikembangkan saat itu, Kp. Pajagaan, Kp. Pasirtulang, Kp. Lapang, Kp. Bangkuong, Kp. Nanggaleng, dan Kp. Songgom.
            Tidak hanya itu, cepat tanggap serta perhatian pendamping CSR terhadap permasalahan yang dihadapi petani, menjadi faktor kuat yang mendukung keberhasilan serta kekompakan dalam lembaga HIPOCI. Semakin pohon berkembang maka angin yang menerpanya semakin kuat, begitulah sebuah pepatah. Seiring berkembanganya HIPOCI banyak rintangan, ancaman, serta fitnah datang terhadap kelompok, membuat lebih kuat dan kompak serta usaha tetap berjalan bahkan semakin berkembang. Pendamping CSR dengan sabar membina serta membimbing petani dan mengajarkan bahwa petani harus mempunyai kekuatan serta kemandirian dalam kelompok. Selain itu, petani mesti terbuka terhadap teknologi tepat guna.
Para petani bergabung dengan HIPOCI atas dasar berkeinginan sendiri. Serta berkeinginan ikut andil dalam program pemerintahan yang mencanangkan go green untuk memerangi pemanasan global (global warning). Petani-petani mempraktekkan pertanian organik diladangnya, hal ini sangat menguntungkan masyarakat tani karena biaya yang murah, hasil yang meningkat tiap tahunnya, dan harganya jualnya tinggi.  Melihat ada kesatuan misi dan misi dalam lingkungan maka ini menjadi tugas HIPOCI untuk mengajak dan mengkampanyekan pertanian organik. Konsep yang diterapkan oleh HIPOCI merupakan pertanian yang terpadu atau dengan kata lain Integratif Farming Sistem. Konsep ini menuntut semua bidang yang terhimpun saling keterkaitan sehingga tidak dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangannya HIPOCI memiliki sembilan unit usaha kelompok di dalamnya. Adapun profilnya sebagai berikut;
1.      Unit Usaha Pandan Wangi

Nama Usaha                : Unit Usaha Pandan Wangi
Pengurus Usaha          : Endang
Bidang Usaha             : Pertanian
Komoditas Utama       : Padi Pandan Wangi
Luas Usaha                 : 3 Hektar
Lokasi Usaha                          : Desa Songgom Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 6/7 ton perhektar/musim (6-7 bulan)
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 10 orang anggota

Unit ini merupakan ciri khas daerah atau budaya asli untuk wilayah Kecamatan Gekbrong. unit usaha ini memiliki sejarah yang kental secara turun menurun, bahkan para ahli pertanian dari IPB mengatakan bahwa tanah di daerah gekbrong ini unik dan hanya ada 2 wilayah di dunia ini, yakni daerah Gekbrong dan Daerah Rusia. Beberapa daerah selain Cianjur, pernah melakukan budidaya padi pandan wangi, akan tetapi daerah tersebut berhasil tumbuh akan tetapi khas wanginya tidak muncul.
PT. Tirta Investama dengan program CSR (Corporate Sosial Resphobility) ikut serta memberdayakan petani untuk menanam serta melestarikan varietas padi Pandan Wangi. Program IFS (Integrative Farming System) yang menaungi pemerdayaan pertanian yang melestarikan budaya lokal. Pada tanggal 5 Oktober 2011, salah satu kelompok dari Desa Songgom yang membentuk Lembaga HIPOCI (Himpunan Pertanian Organik Cianjur Indonesia) sekaligus yang membacakan Prasasti HIPOCI merupakan seorang tokoh utama pertanian dikecamatan Gekbrong, yakni Bapak Endang.
Dalam perjalanannya kelompok ini, terus berkembang mau ada atau tidak adanya program, pertanian pandan wangi tetap beliau kembangan, karena menurut Pak Endang pertanian leluhur jangan sampai hilang. Pelatihan dan bantuan berupa pupuk serta pendampingan oleh CSR telah dilakukan untuk melestarikan bersama Pak Endang. Berjalannya program terus berjalan hingga sekarang, akan tetapi masyarakat yang lainnya tidak mau menanam dikarenakan waktu yang lama dan harga yang relatif sama dengan beras lainnya. Sehingga kelompok ini tidak ada perubahanya hanya beranggotakan 10 orang.

2.      Unit Usaha Padi Sehat/Organik

Nama Usaha                : Unit Usaha Padi Sehat/Organik
Banyak kelompok       : 13 kelompok
Pengurus Usaha          : Bp. Bidin (Jati), Bp. Ail (Pasir Tulang), Bp. Bani (Pajagaan),
  Bp. Kohar (Nagrak), Bp. Dadang, Bp. Udeng, Bp. Karta,
  Bp. H. Hatori, Bp. Jejen (Bangkuong), Bp. Baden (Padabenghar),
  Bp. Aang, Bp. Soleh, Bp. Cecep (Lapang).
Bidang Usaha             : Pertanian
Komoditas Utama       : Padi (Mikongga, Ciherang, Meroneng, Sintanur, Bagono, Bupati dan   
  Midun)
Luas Usaha                 : 40 Hektar
Lokasi Usaha                          : Desa Gekbrong/Desa Kebonpeteuy/Desa Songgom
  Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 6/7 ton
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 136 orang anggota

Pertanian merupakan pulang punggung masyarakat Gekbrong, mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Unit usaha padi sehat atau organik ini dibentuk serta dirasa penting untuk dikembangkan dikarenakan merupakan perbatasan dengan pabrik dan masyarakatnya sekitar berprofesi dalam bertani. Dalam perjalanannya unit usaha ini bisa membuktikan secara organik selama 2 tahun atau dengan 4 musim penanaman.
Dalam unit usaha ini bertujuan untuk membantu para petani untuk merubah pola tanam yang dulunya masih konvesional menuju sehat atau organik. Perjalanan program CSR PT. Investama berhasil merubah secara perilaku menuju pertanian sehat sebanyak 100% dan menuju organik 12,5 %. Petani yang diberdayakan merasa tertolong karena ada beberapa penghematan dalam biaya pertanian, diantaranya;
1.      Biaya pupuk kimia berkurang sampai 63 % bahkan sebanyak 15 orang sudah menyatakan tidak menggunakan pupuk kimia.
2.      Biaya untuk pembibitan berkurang rata-rata 75 % (sebelum program 60 kg menjadi 15 kg), bahkan sebagian petani sudah bisa membuat bibit.
3.      Hasil panen yang meningkat setiap musimnya.
   
3.      Unit Usaha Domba

Nama Usaha                : Unit Usaha Domba
Banyak kelompok       : 5 kelompok
Pengurus Usaha          : Bp. Yani (Songgom), Bp. Abas (Pasir Tulang), Bp. Daday (Nagrak),
  Bp. Agus, Bp. Cecep, Bp. Soleh (Lapang), dan Bp. Uci Sanusi (Jati)
Bidang Usaha             : Perternakan
Komoditas Utama       : Domba Lokal/blasteran Garut
Luas Usaha                 : 3 Kandang Koloni/ 3 kelompok Briding
Lokasi Usaha                          : Desa Gekbrong/Desa Kebonpeteuy/Desa Songgom
  Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 80 jantan/- anakan
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 131 orang anggota

Peternakan merupakan tulang punggung yang kedua, setiap masyarakat mempunyai peliharaan baik itu ayam, bebek, dan sebagainya. Pada kesempatan ini, CSR PT. Tirta Investama melirik peternakan domba, karena dari segi pengalaman para anggota mempunyai pengalaman secara turun temurun dalam peternakan domba. Peternakan  domba di masyarakat pertanian yang berkecimplung dalam palawija, kotorannya (Berak) merupakan pupuk yang wajib setelah kotoran ayam.
Program ini, CSR PT. Tirta Investama Plant Cianjur telah memberikan bantuan berupa domba pembibitan sebanyak 75 indukan dan 10 jantan pada tahun 2011, walhasilnya di desa gekbrong dari 50 bibit sekarang andai kata tidak ada penjualan mencapai 200 ekor. Para peternak merasakan dari bantuan ini sebagai pemacu untuk tetap mengembangkan dalam bingkai kelompok.
  
4.      Unit Usaha Kelinci

Nama Usaha                : Unit Usaha Kelinci
Banyak kelompok       : 1 kelompok
Pengurus Usaha          : Bp. Agus (Lapang) dan Bp. Ece (Nagrak)
Bidang Usaha             : Peternakan
Komoditas Utama       : Kelinci Lokal/Kelinci Angora
Luas Usaha                 : 2 kandang
Lokasi Usaha                          : Desa Gekbrong Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 5/bulan
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 2 orang anggota

Peternakan kelinci merupakan peternakan murah dan mudah pada awalnya, akan tetapi melihat pengalaman para stakeholder dalam pengembangan peternakan kelinci sangat kurang, sehingga mengadapi cuaca gekbrong banyak yang terkena penyakit dan akhirnya mati. Akan tetapi di beberapa anggota yang sudah terbiasa memelihara kelinci cukup berhasil, sebagai contoh di Desa Gekbrong pernah mencapai angka 100 ekor. Seiring waktu berjalan, penyakit yang melanda bukan hanya cuaca melainkan orang-orang jail (Pencuri) uyang akhirnya dari 22 anggota sekarang yang masih bertahan hanya 2 orang saja.

5.      Unit Usaha Ayam Pelung

Nama Usaha                : Unit Usaha Ayam Pelung
Banyak kelompok       : 3 kelompok
Pengurus Usaha          : Bp. Eji (Pasir Tulang), Bp. Amir (Mangkak), Bp. Ajat (Songgom
Bidang Usaha             : Peternakan
Komoditas Utama       : Ayam Pelung Asli
Luas Usaha                 : 40 Hektar
Lokasi Usaha                          : Desa Gekbrong/Desa Kebonpeteuy/Desa Songgom
  Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 30/bulan
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 51 orang anggota

Gekbrong merupakan perbatasan antara Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, akan tetapi sesungguhnya terletak di Daerah Kabupaten Cianjur. Daerahnya merupakan pegunungan yang masih bersih udaranya karena terletak pada dua gunung, yakni Gunung Gede dan Gunung Bubut. Gekbrong dan daerah pegunungan yang terletak di Kabupaten Cianjur memiliki kesamaan dalam mata pencahariannya yakni bergerak pada sektor pertanian atau agribisnis. Daerah Gekbrong memiliki produk yang khas asli daerah yakni Ayam Pelung dan Pandan wangi. Akan tetapi yang akan disorot kali ini profil mengenai peternakan Ayam Pelung.
Berpusat di Kampung Babakan Pasir Tulang, beberapa petani memiliki hobi dalam memelihara hewan khas dengan kokokan yang khas pula atau ayam pelung. Daerah tersebut dipimpin oleh petani yang berpengalaman serta diakui oleh pakar-pakar ayam pelung yakni Bapak Eji Kaeji. Bagi petani gekbrong memelihara hewan tersebut  merupakan kebanggaan seperti memiliki putra yang bisa melantunkan bacaan Al-Qur’an, bilamana kokokan ayamnya bagus. Dari segi bisnispun memelihara ayam pelung memiliki peluang yang bagus untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Pak Eji Kaeji memiliki targetan pada tahun 2014 Ayam yang dipeliharanya ada yang menjadi juara wilayah. Sedangkan targetan pada tahun ini akan mengembangkan ayam yang dipeliharanya sampai kuantitas dan kualitas sebanyak 60 ekor. Selain itu, diharapkan peternakan ayam pelung ini bisa berkembang dan menjadi penompang ekonomi kesejahteraan masyarakat tani setelah pertanian padi.

6.      Unit Usaha Kecil Menengah (UKM)

Nama Usaha                : Unit Usaha Kecil Menengah
Banyak kelompok       : 7 kelompok dan 7 rintisan
Pengurus Usaha          : Ibu Papat (Babakan Gekbrong) dan Ibu Reni (Pasir Cina) (Manisan)
Ibu Lilis (Kue Wa Eji), Bp. Kohar (Beras Organik), Bp. Endang (Pandan Wangi dan Baby Fish), Bp. Amil (Jamur Crispy), Ibu Reni (Noga), Ibu Ilah (Bonis), Ibu Iis (Criuk Goyang Lestari), Ibu Ayi (Aneka Kue Lebaran dan Sistik Renyah), Ibu Salsiah (kutu Mayang)
Ibu Mumun (Kripik Pisang)
Bidang Usaha             : Olahan Pertanian
Komoditas Utama       : -
Luas Usaha                 : 7 UKM dan 7 HWT
Lokasi Usaha                          : Desa Gekbrong/Desa Kebonpeteuy/Desa Songgom
  Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : di sesuaikan dengan pesanan.
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 51 orang anggota

Unit Usaha Kecil Menengah merupakan suatu usaha hilir (dimana hulunya merupakan pertanian secara umum), yang fungsinya mengolah hasil panen dari pertanian menjadi sebuah makanan atau kerajinan yang nilai tambahnya sudah meningkat. UKM ini juga yang diharapkan bisa membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. CSR PT. Tirta Investama juga melirik UKM sebagai wadah pemerdayaan juga, karena dengan menggerakan mudah-mudahan roda perekonomian desa pun bisa jalan.
PT. Tirta Investama telah memberikan bantuan berupa mesin yang bisa mempermudah kerja UKM. Selain itu, juga membantu dengan bentuk pelatihan-pelatihan yang bisa menjawab permasalahan di UKM. Saat ini, CSR bisa mengembangkan 7 UKM dan 7 lagi merupakan rintisan yang akan dikembangkan.

7.      Unit Usaha Himpunan Wanita Tani (HWT)

Nama Usaha                : Unit Usaha HWT
Banyak kelompok       : 2 kelompok
Pengurus Usaha          : Ibu Noneng (Bangkuong) dan Ibu Ilah (Lapang)
Bidang Usaha             : Pertanian
Komoditas Utama       : Tanaman Polibag
Luas Usaha                 : 100 Rumah
Lokasi Usaha                          : Desa Gekbrong/Desa Kebonpeteuy Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : tergantung komoditas yang ditanam
Pangsa Pasar               : Gekbrong, dan Rumahtangga disekitar anggota
Jumlah Anggota          : 100 orang anggota

Ide membuat unit usaha Himpunan Wanita Tani (HWT), awalnya melihat perkembangan apotek hidup dan warung hidap dipekarangan-pekarangan. Pada waktu itu pula program ini menjadi populer karena di sosialisasikan oleh istri mentri pertanian pada kala itu. Ibu mentri telah melakukan penelitian terhadap rumah tangga yang menanam warung hidup dipekarangan, dapat menghemat pengeluaran rumah tangga sebanyak 150.000-300.000/bulan. Selain itu, Beberapa pendamping CSR pun memiliki pengalaman serta wilayahnya yang  mengembangankan warung hidaup dan itu benar-benar nyata hasilnya sesuai dengan penelitian tersebut. 
HWT merupakan kelompok yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Sehingga pengelolaan warung hidup bisa dilakukan oleh ibu-ibu setelah beres-beres di rumah. Selain itu, HWT ini memiliki sebuah lokasi tempat tanaman koleksi dari kayu sampai tanaman obat.

8.      Unit Usaha Jamur Tiram

Nama Usaha                : Unit Usaha Jamur Tiram
Banyak kelompok       : 1 kelompok
Pengurus Usaha          : Bp. Amil (Songgom)
Bidang Usaha             : Budidaya Jamur
Komoditas Utama       : Jamur Tiram
Luas Usaha                 : 1 kumbung jamur
Lokasi Usaha                          : Desa Songgom Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 1 kg/hari
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 10 orang anggota

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia.Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit.B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
o Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
o Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
o Antitumor, antioksidan, dll.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala besar.
Unit usaha Jamur Tiram terlahir dari peluang-peluang bisnis yang ada serta banyak kalangan yang menyukai olahan jamur tiram. Kelompok ini merupakan murni keinginan serta menjadikan mata pencaharian bagi mereka yeng berkecimplung dalam usaha ini. kelompok ini, dulunya merupakan unit usaha yang bergerak di budidaya jamur tiram, akan tetapi saat sekarang beralih unit usaha ini merambah pada olahannya.

9.      Unit Usaha Ikan

Nama Usaha                : Unit Usaha Padi Sehat/Organik
Banyak kelompok       : 1 kelompok
Pengurus Usaha          : Bp. Endang (Songgom)
Bidang Usaha             : Perikanan
Komoditas Utama       : Nila dan Ikan Mas
Luas Usaha                 : 2 kolam dan beberapa sawah yang mau tanam.
Lokasi Usaha                          : Desa Songgom Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 25 kg/musim
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : 4 orang anggota


10.  Unit Usaha Vila Kompos

Nama Usaha                : Unit Usaha Padi Sehat/Organik
Banyak kelompok       : -
Pengurus Usaha          : Bp. Dadang, Bp. Maksum, Bp. Udang, Bp. Kohar
Bidang Usaha             : Pupuk organik padat dan cair.
Komoditas Utama       : Padi (Mikongga, Ciherang, Meroneng, Sintanur, dan Midun)
Luas Usaha                 : 120 meter
Lokasi Usaha                          : Desa Kebonpeteuy Kecamatan Gekbrong
Kapasitas Produksi     : 5 ton/hari
Pangsa Pasar               : Gekbrong, Kota Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
Jumlah Anggota          : - orang anggota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar