“saya
yakin sepenuhnya dengan program ini, bisa membuat desa kami kembali jaya
seperti dulunya bahkan bisa melebihi. Karena program ini membangun jiwa kami
serta usaha kami, yakni pertanian”
(Pak
Dadang Ihwan S. (Mantan Kepala Desa Kebonpeuteuy))
“Bila
semua sadar, dan mau mengikuti maka semuanya pasti terasa manfaat program. Saya
merasakan berkurangnya ongkos bertani dari pupuk saja biasa menggunakan pupuk,
bibit sebanyak 30 % dan peningkatan panen 30 %.”
(Pak
Sudeng (Sesepuh pertanian))
“pada
awalnya saya ragu mengikuti program ini, akan tetapi realitas pendamping CSR
yang cekatan serta kepedulian terhadap petani kami rasakan. Pada sebelumnya
masyarakat hanya dijadikan alat untuk kepentingan segelintiran oknum dan
golongan. Dan selama hidup saya, ini program yang benar-benar peduli pada kami
(masyarakat tani).
(Pak
M. Maksum (mantan BPD Desa Cikahuripan)
Begitulah pendapat dari beberapa tokoh pertanian di Desa Kebonpeuteuy,
Kecamatan Gekbrong saat diadakan pertemuan perdana di kelompok Unit Tani Kp. Bangkuong.
Pertemuan ini rutin diadakan di setiap kelompok setiap bulan sekali di setiap
unit ranting tani. Program yang dicanangkan oleh CSR PT. Tirta Investama yakni
Integrative Farming System (IFS) mengedepankan kesadaran petani akan lingkungan
setempat dengan mengikuti program pemerintahan “go green”. Kepedulian serta
kecekatan para pendamping dalam
mendampingi masyarakat tani sangat diperhatikan. Sesuai dengan dengan jargon
pabrik “people first” adalah
keselamatan orang paling utama, berarti penerapan IFS dengan sistem pertanian
organik mengutamakan kepentingan petani dalam bertani serta konsumen yang
mengkonsumsi hasil dari peternakan dalam artian bisa secara ekonomi atau secara
kehidupan. Secara perekonomian pertanian
organik banyak menghemat ongkos petani dalam melakukan pertanian, selain itu
dengan sistem ini bisa mendongkrak hasil pertanian. Bukan hanya itu, harga
hasil panen pun memiliki harga yang ekonomis. Sedangkan secara kehidupan
berarti dengan cara alami serta pengurangan bahan kimia dalam pertanian bisa
mengurangi pemanasan global (global
warming), dan menjaga kehidupan keanekaragaman makhluk ekologi sawah.
Selain itu, hasil panen yang dihasilkan merupakan konsumsi yang sangat sehat
bagi petani atau konsumen petani.
Pertemuan perdana bertujuan untuk melakukan penataran. Terinpirasi oleh
pepatah “di dalam jiwa yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. begitu juga dalam
pertemuan yang diadakan pada hari Jum’at pada tanggal 5 April 2013 di tempat
kediaman Pak M. Maksum Desa Kebonpeuteuy, kekuatan kesadaran kelompok menjadi
kunci kesuksesan dalam pemerdayaan. Teringat kata-kata sesepuh Desa
Kebonpeuteuy “pangartosan lewih penting
tibanding jeung artos”, artinya pengetahuan atau pemahaman atau pendidikan
lebih baik dibandingkan dengan bantuan materiil. Teringat juga prakata “berikan
pancing jangan ikan” dalam pemerdayaan yang berarti membuat berdaya masyarakat
dalam membangun perekonomian desa, bukan memberikan bantuan yang memnyebabkan
perpecahan atau membiasakan petani dalam bantuan.
Pertemuan dirancang oleh pendamping secara partisipatif sehingga tidak
hanya pembicaraan searah dari pendamping ke kelompok akan tetapi saling diskusi
serta timbal balik antar kelompok. Ada pun isi pembahasan mengenai 6 prinsip
HIPOCI, hal ini diharapkan diingat dan diterapkan dan ini untuk keberlangsungan
organisasi. Adapun prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:
1.
Agama, pendamping mengungkapkan
bahwa agama terutama Agama Islam, merupakan suatu yang lengkap dan mendasar
bagi manusia yang beragama islam. Kita ketahui aturan agama sangat memiliki
sangsi yang nyata. Seorang muslim menyakini bahwa hanya Islam saja agama yang
diridhoi oleh Allah SWT. sehingga tahu bagi seorang muslim, siapa yang
melaksanakan ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya mendapat pahala, sedangkan
bagi mereka yang melakukan sebaliknya maka dosa yang didapatnya dan Sangsinya
adalah kehidupan di akhirat akan disiksa di neraka.
2.
Bersatu, diharapkan hipoci ini
seperti satu tubuh, bilamana salah satu bagiannya disakiti maka semuanya
merasakan bagaimana rasanya sakit. Disisi lain, pendamping mengungkapkan bahwa
dalam shalat berjamaah kerapatan shaf, lurusnya shaf serta ketaatan pada imam
sangat penting.
3.
Gotong Royong, diharapkan semua
stake holder bisa bekerjasama serta bahu membahu dalam membangun HIPOCI.
Pedamping mencontohkan sapu lidi jika hanya satu untuk membersihkan halaman
yang luas, bisa tapi membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi jika ada seratus
sapu lidi maka pekerjaan akan lancar dengan waktu yang sedikit.
4.
Kepercayaan, kepercaan ini
merupakan jantungnya organisasi. Pendamping mengungkapkan bahwa dalam kelompok
tak ada anggota biasa dan pengurus, akan tetapi semuanya adalah pengurus.
Selain itu pendamping juga mengungkapkan bahwa kepercayaan ini berperan dalam
keberlangsungan sebuah organisasi. Organisasi bagaikan perahu, pemimpin adalah
nahkoda, dan masyarakat adalah penumpang. Bilamana diantara kedua belah pihak
antara nahkoda dan penumpangnyakurang percaya maka keduanya bakal celaka.
5.
Keterbukaan, pendamping berharap setiap organisasi
mempunyai transparansi baik dalam apapun terhadap anggota. Selain itu, seorang
pemimpin mesti siap dikoreksi oleh anggotanya, sebaliknya anggota patuh pada
koridor yang sudah ditetapkan.
6.
Musyawarah, permasalahan berbentuk
apapun bisa dimusyawarahkan dengan yang lainnya. Pendamping harapkan HIPOCI ini
milik semua bukan milik para pengurus saja.
Selain prinsip diatas yang telah dijelaskan, ada nilai-nilai dalam
kegiatan HIPOCI terdapat 4 nilai. Keempat nilai dan ke enam prinsip ini dikaji
dengan bersumberkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist dikarenakan Cianjur adalah
kota santri. Adapun ke empat nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Sabar, dalam masalah serta jalan
yang ditempuh mulai dari penggarapan sampai panen yang menempuh waktu yang lama
serta kerja otot dan materi juga yang dikeluarkan. Sabar dalam penghasilan yang
tidak seberapa dibandingkan profesi lainnya.
2.
Ridha, kepasrahan terhadap Allah
SWT, manusia hanya bisa berikhtiar tidak bisa menjanjikan hasil yang
diinginkan. Kita semua harus tawakal kepada-Nya dalam menanam padi atau tanaman
palawija dan menerima (ridho) apapun yang terjadi hasilnya.
3.
Ikhlas, pertama kita Ikhlas diri
sebagai petani dan tidak mengawang-ngawang menjadi melebihi sebatasnya.
Kedua Ikhlas dalam usaha, tidak semua
hasil bisa dinikmati oleh petani, dijual dan dinikmati oleh orang banyak.
4.
Ibadah, setiap langkah diharapkan
seluruhnya bisa menjadi ibadah. Petani adalah yang memberikan makanan semua
kalangan yang ada dalam negeri ini. keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
adalah sebuah kepastian itu, semoga dengan bergabung dalam organisasi HIPOCI
bisa membawa kemuliaan dunia akhirat.
Adapun pembahasan berlanjut mengenai permasalahan
petani mengenai hama dan penyakit tanaman. Sampai akhir menjelang sore petani
merasa memiliki dan mempunyai kenyakinan bahwa kita bisa maju dan berkembang. Pesan
pendamping diharapkan ide ini bisa ditularkan pada petani lainnya.