- Air Kencing/Urine Sapi yang ditampung dalam Bak Penampungan
- Fermentor RB (Rummino Bacillus) dan AZBA (Azotobacter)
- Pompa
- Nutrisi tambahan (Tetes Tebu/Molasses 750 ml, dan empon-empon seperti temulawak, Temuireng, Kunyit dll) 5kg.
- Aerator Bio Urine
- Tampung Urine (Air Kencing) ternak sapi di dalam Bak Penampungan.
- Masukkan nutrisi tambahan.
- Masukkan Fermentor (RB dan AZBA) kedalam bak penampungan Urine, dengan takaran Untuk 800 Liter urine di fermentasi dengan RB : 1 Liter dan AZBA : 1 Liter
- Diaduk dengan Aerator selama 3 sampai dengan 4 Jam
- Setelah proses pengadukan selesai, Bak ditutup dengan penutup seperti plastik atau triplek, untuk proses Fermentasi, diamkan hingga 7 hari.
- Aduk selama 15 menit setiap hari sampai hari ke-7.
- Pada hari ke-8, urine diputar dengan pompa menuju tangga aerasi selama 6 sampai dengan 7 jam dengan tujuan untuk penipisan, untuk mengurangi kandungan gas ammonia yang berbahaya bagi tanaman.
- Urine bisa diambil dan dikemas dalam wadah untuk selanjutnya digunakan atau disimpan.
Setelah mencari-cari lebih jauh sumber yang lebih kuat mengenai biourin penulis dapatkan di Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, Np. 6 tahun 2008.
Makalah ini menjelaskan secara lebih rinci mengenai proses pembuatan
dengan hasil pengujian lapangan. Lebih lanjut jika urin dicampur dengan
kotoran ternak dapat dibuat biokultur. Pencampuran ini sepertinya
ditujukan untuk menyediakan/menggantikan/menambahkan nutrisi seperti
pada proses yang disebutkan sebelumnya. Analisis unsur N menunjukkan
bahwa proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan unsur N pada
biourin dibandingkan dengan urine. Hal ini dijelaskan sebagai akibat
dari pengikatan nitrogen dari udara oleh RB dan AZBA. AZBA merupakan
mikroba diazotrop yang berfungsi mengikat gas nitrogen dari udara
sedangkan BR merupakan campuran dari 2 bakteri, yaitu Rummino Coccus
yang memiliki fungsi sebagai dekomposer dan Bacillus thuringiensis yang
berfungsi sebagai dekomposer, serta merupakan biofestisida, yang
membantu memproteksi tanaman dari gangguan bakteri-bakteri pathogen (sumber).
Lebih lanjut, hasil percobaan lapangan menujukkan peningkatan
produktifitas pertanian yang cukup mencengangkan. Too good to be true.
Percobaan pada tanaman jagung, bawang merah, kopi dan kakau menujukkan
peningkatan produktifitas sekurang-kurangnya 25% jika dibandingkan
dengan kontrol. Berdasarkan proses dan hasil tersebut, dapat disimpulkan
(sementara) bahwa biourin diperoleh dari fermentasi anaerobik dari
urine dengan nutrisi tambahan menggunakan mikroba pengikat nitrogen dan
mikroba dekomposer lainnya. Dengan demikian kandungan unsur nitrogen
dalam biourin akan lebih tinggi dibandingkan dengan pada urine.
Sekilas, penambahan nitrogen dengan strategi diatas memang tampak
sangat memungkinkan, namun demikian jika melihat sifat-sifat dari AZBA,
fiksasi nitrogen hanya dimungkinkan jika tidak terdapat sumber N pada
media pertumbuhannya. Jika terdapat sumber N lain seperti amonium,
nitrat atau nitrit maka proses fiksasi tidak dimungkinkan. AZBA akan
menggunakan sumber N tersebut sebagai nutrisi (sumber).
Dengan demikian fermentasi lanjut urine, bukannya meningkatkan
ketersediaan unsur N terlarut malah sebaliknya, N akan dikonsumsi oleh
inokulan yang ada. Selain itu, pertumbuhan inokulan juga akan terhambat
oleh keberadaan amonium yang terbentuk dari hasil penguraian urea oleh
enzim urease. Jadi penambahan BR juga sebenarnya tidak akan efektif
karena pertumbuhannya akan terhambat akibat meningkatnya pH larutan.
Lebih lanjut pada pH tinggi amonium yang terbentuk dari dekomposisi urea
akan semakin mudah menguap. Akibatnya kandungan N akan semakin
berkurang tidak hanya melalui penguapan amonium tetapi juga melalui
pengambilan sumber N oleh inokulum.
Pemakaian biourine/urin di negara-negara maju (Telaah Literatur)Jika menelusuri literatur di jurnal ilmiah, biourine yang diperoleh menurut proses diatas justru tidak ditemukan. Di sebagian besar negara-negara Eropa, terutama di skandinavia, urine manusia justru digunakan secara langsung (tanpa fermentasi) setelah dilarutkan dengan air sebagai pupuk pertanian. Pemakaian urin ini, diproyeksikan menggantikan kebutuhan pupuk urea sebesar 10-20%.
Idea penggunaan urine sebagai pupuk sudah lazim dan justru populer
dalam jurnal-jurnal ilmiah diawal abad ke-19. Aplikasinya justru
dilakukan beberapa dekade terakhir ini dengan alasan untuk mengurangi
keberadaan N pada limbah cair. Keberadaan N dalam jumlah besar
memerlukan teknik pengolahan limbah yang jauh lebih kompleks dan lebih
mahal (Nitrifikasi, denitrifikasi). Oleh karena itu, pemisahan urine
yang berkontribusi besar terhadap keberadaan N pada limbah cair
dipisahkan sejak awal. Biasanya dilakukan dengan memisah saluran urine
dan feaces pada toilet.
Urine sangat baik digunakan sebagai pupuk organik cair karena
memiliki kandungan hara yang lengkap. meskipun fluktuatif bergantung
pada lokasi dan sumbernya (manusia), Kandungan N sekitar 1.5-2% serta P
dan Snya 0.15-0.2%. Unsur N nya 75-90% berada sebagai urea asedangkan
sisanya dalam bentuk amonium atau kreatinin. Sedangnkan P dan S hampir
90-100% berbentuk inorganik terlarut serta secara langsung dapat
dikonsumsi oleh tumbuhan. Adanya aktifitas urease menyebabkan
terjadinya dekomposisi secara cepat menjadi air dan amonium. Reaksi ini
memicu meningkatnya pH sampai 9 dan meningkatkan penguapan amonium
serta menurunkan populasi bakteri.
Dalam pemakaiannya urine disarankan tidak ditebarkan secara langsung
tetapi dilarutkan 10-20 kali. Pemakaian urin tidak terlebih dahulu
melalui fermentasi menjadi biourin sebagaimana yang populer di
Indonesia. Hasil uji coba penanaman menunjukkan bahwa produktifitas
lahan biasanya setara dengan pupuk kimia. pemakaian urin sebagai pupuk
diformulasikan ekivalen dengan jumlah N yang diberikan di pupuk
inorganik. Pemakaian urin memiliki kelebihan dengan meningkatkan
resistensi tanaman terhadap hama dan mengurangi populasi hama
pengganggu. Hal ini diakibatkan karena Urine juga mengandung nutrisi
mikro lainnya yang secara kumulatif memberikan dampak merugikan bagi
hama tanaman.
( http://roilbilad.wordpress.com/2011/02/22/biourine-atau-urin-sebagai-pupuk-organik-cair-memilih-alternatif-yang-lebih-baik/)