Pelestarian Plasma Nutfah Ayam Pelung Lewat Kontes
Oleh: Benny Bastiandy
Selasa, 30 Oktober 2012, 09:00 WIB
Selasa, 30 Oktober 2012, 09:00 WIB
INILAH.COM, Cianjur - Lengkingan suara ayam itu begitu panjang terdengar. Suara itu keluar dari salah satu ekor ayam bertubuh kekar dalam sebuah kontes ayam pelung yang digelar salah satu perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) di kawasan Kecamatan Gekbrong, beberapa hari lalu.
Ya, suara lengkingan panjang merupakan satu di antara ciri khas ayam pelung atau istilah bahasa Sunda disebut juga melung. Suara melung itulah yang menjadi andalan para penghobi ayam pelung dimanapun.
Ayam pelung merupakan ayam peliharaan asli Kabupaten Cianjur dengan tiga sifat genetik khas, yakni suara berkokok yang panjang mengalun (melung), pertumbuhannya cepat, dan postur badannya yang besar. Secara fisik, ayam ini terkesan besar. Beratnya saja bisa mencapai 5-6 kilogram untuk ayam jantan dewasa dan tingginya antara 40-50 centimeter. Itulah yang menjadi nilai jual ayam pelung dalam setiap kontes.
Konon, ayam pelung ini kali pertama ditemukan sekitar tahun 1850 oleh seorang Kiyai bernama H Djarkasih, warga Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang. Suatu ketika dia bermimpi bertemu dengan Eyang Suryakancana, yang merupakan putera Bupati Cianjur pertama.
Dalam mimpi tersebut, Djarkasih disuruh Eyang Suryakancana mengambil seekor ayam jantan yang disimpan di suatu tempat. Keesokan harinya ketika sedang mencangkul di kebun, Djarkasih menemukan seekor anak ayam jantan tinggi besar. Dia pun memeliharanya. Setahun kemudian, kokoknya (suara) terdengar enak dan berirama merdu.
Kini, ayam pelung sudah banyak dikembangbiakkan di daerah perdesaan di Cianjur. Keunggulan ayam pelung membahana ke luar daerah. Malahan, tak sedikit penggemar ayam pelung selalu antusias mengikuti setiap kontes yang diselenggarakan berbagai pihak.
Selain sebagai ajang mempertontonkan keunggulan ayam pelung, kegiatan kontes juga merupakan upaya pelestarian sumber daya genetika plasma nutfah Indonesia khas Kabupaten Cianjur.
Bagian CSR PT Tirta Investama (Aqua) Plant Cianjur Nurul Iman didampingi Firman Hikmawan mengatakan ayam pelung sebagai plasma nutfah asli Kabupaten Cianjur sudah sedemikian digemari para penghobi dari berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini tentunya harus terus dijaga dan dilestarikan sebagai upaya mendorong ayam pelung menjadi heritage of Cianjur.
"Kami mempunyai program CSR (corporate social responsibility) yang difokuskan pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Kami menggelar kontes ayam pelung ini dengan menggandeng beberapa komponen penghobi. Tujuannya, selain ingin mendorong pelestarian plasma nutfah khas Cianjur, juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat kaitan beternak ayam pelung," kata Nurul.
Nurul membeberkan, program CSR PT Tirta Investama terhadap komunitas penghobi ayam pelung dilakukan dalam bentuk pembinaan kelompok usaha dalam budi daya dengan pemberian modal kelompok dan peningkatan peluang pemasaran ayam pelung. Saat ini jumlah anggota kelompok usaha ayam pelung sudah mencapai 29 orang dengan jumlah ayam pelung sebanyak 150 ekor kualitas juara.
"Mudah-mudahan, gelaran kontes ini bisa lebih meningkatkan kualitas ayam pelung dari peternak binaan khususnya, dan meningkatkan kualitas harga, serta menjalin silaturahmi para penggemar dan peternak ayam pelung se- Jawa Barat," tukasnya.
Kontes saat itu diikuti hampir 300 kontestan berasal dari wilayah Cianjur, Sukabumi, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, dan beberapa daerah lainnya.
Ketua Panitia, Pepeng Sutisna mengatakan kontes ayam pelung ini diselenggarakan dalam rangka HIPOCI (Himpunan Petani Organik Cianjur Indonesia) Cup ke I bersamaan HUT Kecamatan Gekbrong ke 7. Ke depan, Pepeng berharap, kontes semacam ini bisa dilaksanakan berkelanjutan sebagai upaya melestarikan ikon khas Kabupaten Cianjur.
"Penghobi ayam pelung kini sudah tersebar hampir di semua wilayah di Indonesia," ujarnya.
Camat Gekbrong Muchtar S Hidayat mengaku gembira diselenggarakannya kontes ayam pelung di wilayahnya. Selain sebagai bentuk pelestarian, Muchtar juga melihat dari sisi pariwisata.
"Secara langsung atau tidak langsung, digelarnya kontes ayam ini bisa menarik wisatawan ke wilayah Gekbrong khususnya, dan Kabupaten Cianjur, umumnya. Ini merupakan kegiatan positif yang mesti dilakukan berkelanjutan," katanya.[jul]
Ayam pelung merupakan ayam peliharaan asli Kabupaten Cianjur dengan tiga sifat genetik khas, yakni suara berkokok yang panjang mengalun (melung), pertumbuhannya cepat, dan postur badannya yang besar. Secara fisik, ayam ini terkesan besar. Beratnya saja bisa mencapai 5-6 kilogram untuk ayam jantan dewasa dan tingginya antara 40-50 centimeter. Itulah yang menjadi nilai jual ayam pelung dalam setiap kontes.
Konon, ayam pelung ini kali pertama ditemukan sekitar tahun 1850 oleh seorang Kiyai bernama H Djarkasih, warga Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang. Suatu ketika dia bermimpi bertemu dengan Eyang Suryakancana, yang merupakan putera Bupati Cianjur pertama.
Dalam mimpi tersebut, Djarkasih disuruh Eyang Suryakancana mengambil seekor ayam jantan yang disimpan di suatu tempat. Keesokan harinya ketika sedang mencangkul di kebun, Djarkasih menemukan seekor anak ayam jantan tinggi besar. Dia pun memeliharanya. Setahun kemudian, kokoknya (suara) terdengar enak dan berirama merdu.
Kini, ayam pelung sudah banyak dikembangbiakkan di daerah perdesaan di Cianjur. Keunggulan ayam pelung membahana ke luar daerah. Malahan, tak sedikit penggemar ayam pelung selalu antusias mengikuti setiap kontes yang diselenggarakan berbagai pihak.
Selain sebagai ajang mempertontonkan keunggulan ayam pelung, kegiatan kontes juga merupakan upaya pelestarian sumber daya genetika plasma nutfah Indonesia khas Kabupaten Cianjur.
Bagian CSR PT Tirta Investama (Aqua) Plant Cianjur Nurul Iman didampingi Firman Hikmawan mengatakan ayam pelung sebagai plasma nutfah asli Kabupaten Cianjur sudah sedemikian digemari para penghobi dari berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini tentunya harus terus dijaga dan dilestarikan sebagai upaya mendorong ayam pelung menjadi heritage of Cianjur.
"Kami mempunyai program CSR (corporate social responsibility) yang difokuskan pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Kami menggelar kontes ayam pelung ini dengan menggandeng beberapa komponen penghobi. Tujuannya, selain ingin mendorong pelestarian plasma nutfah khas Cianjur, juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat kaitan beternak ayam pelung," kata Nurul.
Nurul membeberkan, program CSR PT Tirta Investama terhadap komunitas penghobi ayam pelung dilakukan dalam bentuk pembinaan kelompok usaha dalam budi daya dengan pemberian modal kelompok dan peningkatan peluang pemasaran ayam pelung. Saat ini jumlah anggota kelompok usaha ayam pelung sudah mencapai 29 orang dengan jumlah ayam pelung sebanyak 150 ekor kualitas juara.
"Mudah-mudahan, gelaran kontes ini bisa lebih meningkatkan kualitas ayam pelung dari peternak binaan khususnya, dan meningkatkan kualitas harga, serta menjalin silaturahmi para penggemar dan peternak ayam pelung se- Jawa Barat," tukasnya.
Kontes saat itu diikuti hampir 300 kontestan berasal dari wilayah Cianjur, Sukabumi, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, dan beberapa daerah lainnya.
Ketua Panitia, Pepeng Sutisna mengatakan kontes ayam pelung ini diselenggarakan dalam rangka HIPOCI (Himpunan Petani Organik Cianjur Indonesia) Cup ke I bersamaan HUT Kecamatan Gekbrong ke 7. Ke depan, Pepeng berharap, kontes semacam ini bisa dilaksanakan berkelanjutan sebagai upaya melestarikan ikon khas Kabupaten Cianjur.
"Penghobi ayam pelung kini sudah tersebar hampir di semua wilayah di Indonesia," ujarnya.
Camat Gekbrong Muchtar S Hidayat mengaku gembira diselenggarakannya kontes ayam pelung di wilayahnya. Selain sebagai bentuk pelestarian, Muchtar juga melihat dari sisi pariwisata.
"Secara langsung atau tidak langsung, digelarnya kontes ayam ini bisa menarik wisatawan ke wilayah Gekbrong khususnya, dan Kabupaten Cianjur, umumnya. Ini merupakan kegiatan positif yang mesti dilakukan berkelanjutan," katanya.[jul]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar